top of page

TENTANG KAMI

Drisana didirikan Zavnura beserta dua orang lainnya yaitu Nuryanti Yamin (Nurma) dan dr. Nurul Luntungan di tahun 2019. Zavnura memiliki anak dengan Gangguan Spektrum Autisme (GSA), Salma Drisana, yang sekarang sudah berusia 11 tahun dan sekolah di salah satu sekolah reguler di Jakarta.

Si bungsu Salma Drisana, atau yang biasa dipanggil Salma, menunjukkan gejala GSA pada usia 18 bulan dimana dia hampir tidak memiliki kontak mata dan mengalami regresi pada kosa katanya. Zavnura kemudian mendatangi berbagai klinik tumbuh kembang di Jakarta, Singapura, dan Amerika dengan dilanjutkan terapi intensif (6-8 jam sehari) selama kurang lebih 2 tahun di Jakarta dengan metode ABA. Pada kurun waktu ini, Zavnura merasa tidak puas dengan perkembangan anaknya karena Salma tumbuh seperti “robot”. Salma  kurang memahami keadaan yang sebenarnya, tampak tidak mengerti arti dari pelukan, senang, sedih dan emosional lainnya walaupun perkembangan kosakata dan kontak mata sudah mengalami perbaikan yang signifikan.

Akhirnya Zavnura mengajak terapis Salma, Nurma, untuk mengikuti pelatihan SonRise®️ yang berasal dari Sheffield, Massachusets (AS) di Malaysia dan Singapura.  Setelah itu, Zavnura dan Nurma yang merupakan Ortho-pedagog dengan pengalaman lebih dari 10 tahun, mulai memasukkan prinsip-prinsip Program SonRise®️ pada program terapi Salma yang dirasa lebih memanusiakan anak. Setahun setelah itu, Zavnura merasakan perkembangan yang jauh lebih pesat dan optimal pada anaknya.

Sejak usia sekolah TK B, Salma sekolah di sekolah reguler di Jakarta dan masuk dalam kategori high functioning ASD.

Tentang Drisana.jpg

Metode Drisana

 

Dalam setiap program terapi yang diberikan, terapis professional Drisana menggunakan strategi yang sejalan dengan teori perkembangan dan pembelajaran, serta telah terbukti secara ilmiah dalam meningkatkan perkembangan perilaku anak seperti terapi perilaku, terapi bermain, terapi wicara dan terapi okupasi. Dalam menjalankan semua layanan, Drisana juga mengadopsi prinsip-prinsip Program SonRise®  (SRP), khususnya terkait pendekatan yang  menyenangkan untuk menjalin ikatan dan membangun kepercayaan anak dalam setiap layanan yang diberikan.

 

“Metode ini lebih berfokus pada bagaimana membangun ‘relationship’ antara terapis dan anak. Relasi yang nyaman bagi anak, sehingga anak bisa belajar hal baru dengan suasana yang menyenangkan, mengeluarkan potensinya dengan maksimal tanpa ada paksaan.” – Ibu Dila 

 

“Di Drisana anak saya menjalankan terapi seperti sedang bermain. Padahal di tempat terapi sebelumnya dia selalu menangis.” – Ibu Sofia

Tentang Drisana 2.jpg

Apa itu Program SonRise®? 

SRP merupakan program terapi yang didisain untuk membantu keluarga, pengasuh dan terapis dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran, perkembangan, komunikasi dan keahilan lainnya yang dimiliki anak berkebutuhkan khusus. SRP merupakan program yang meyakini bahwa anak dengan autism memiliki potensi untuk berkembang secara optimal. SRP menggunakan modalitas pembelajaran inovatif dimana terapis atau orang tua bergabung dengan aktivitas anak. SRP mengutamakan rasa menghargai dan kepedulian pada anak sebagai faktor yang paling penting dan berdampak untuk meningkatkan motivasi anak untuk belajar. Sejak awal SRP mengutamakan rasa cinta dan penerimaan sebagai bagian yang sangat bermakna dalam proses belajar. 

 

Meskipun banyak kontroversi akan kesuksesan metode ini, komponen dalam SRP mengandung tehnik dan prinsip pembelajaran yang terbukti efektif. Saat ini juga semakin banyak jurnal ilmiah yang mengkaji lebih dalam tentang efektivitas SRP. Drisana Center menggunakan prinsip dan tehnik SRP dalam memberikan layanan terapi untuk memberikan program yang tidak hanya menstimulasi perkembangan secara optimal, tapi juga menyenangkan dan berorientasi pada anak.

Bergabung Dalam Dunia Anak

Dalam SRP terapis atau pengasuh melakukan metode joining atau bergabung dengan anak dalam melakukan perilaku repetitifve dan ritualistik yang kemudian memfasilitasi munculnya kontak mata, perkembangan sosial dan pelibatan orang lain dalam permainan anak. Prinsip joining ini juga digunakan oleh metode floor time yang mengimitasi perilaku repetitifve anak sebagai tehnik untuk memotivasi interaksi sesuai dengan mintat anak. Penelitian menunjukkan bahwa anak autism menunjukkan respon sosial yang lebih baik saat perilakunya diimitasi oleh orang dewasa. 

Memanfaatkan Motivasi Anak

SRP selalu memanfaatkan motivasi yang ada dalam diri setiap anak untuk meningkatkan proses pembelajaran. Prinsip ini menjadi dasar untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anak.

3 E’s (Energy, Excitement and Enthusiasms)

SRP selalu menggunakan energi, kegembiraan, antusiasme untuk menginspirasi dan mengajak anak melakukan pembelajaran dan interaksi

Optimis dan Tidak Menghakimi

SRP selalu menggunakan sikap optimis dan tidak menghakimi untuk memaksimalkan pengalaman yang menyenangkan bagi anak saat melakukan terapi. Hal ini juga bertujuan untuk mendapatkan dan mempertahankan perhatian dan minta anak selama melakukan terapi.

Lingkungan yang Aman dan Mendukung

SRP menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang aman dan tidak membuat anak mudah terdistraksi untuk mengoptimalkan perkembangan dan pembelajaran anak. 

Orang Tua Berperan Besar

SRP menempatkan rang tua sebagai sumber pembelajaran anak yang paling penting dan utama untuk memastikan program belajar yang konsisten dan menarik bagi anak.

bottom of page